Sejarah dunia kelistrikan Indonesia akan dimulai di Kabupaten Malang. Seorang pria sepuh yang hanya lulusan sekolah dasar, menemukan pasokan listrik menggunakan teknik Pembangkit Listrik Tenaga Hampa (PLTH).
Konon, PLTH temuan warga Kecamatan Pujon ini, bisa menggantikan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir sekalipun. Bedanya, PLTH temuan Mbah Mbing lebih ramah lingkungan. Tidak berisik. Tidak berlimbah. Tanpa suara dan tentunya, hemat ribuan kabel listrik.
Hebohnya, mantan Dirut PLN yang kini menjabat Menteri BUMN Dahlan Iskan, dudah mengontak langsung penemu PLTH. Dalam waktu dekat, Dahlan Iskan juga dijadwalkan mengunjungi rumah penemu teknologi PLTH. Bahan dasar bakunya menggunakan karbon dari batok kelapa sebagai pembakar aliran listriknya.
Adalah Slamet Hariyanto. Pria umur 51 tahun yang akrab disapa Mbah Mbing itu, saat ini tinggal di Desa Ngroto, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang. Tak ada bekal ilmu teknik dasar tentang kelistrikan. Hanya saja, Mbah Mbing paling suka jika harus mengotak-atik arus rendah maupun arus tegangan tinggi listrik.
Bahan dasar PLTH temuan Mbah Mbing, menggunakan karbon dari batok dan sabut kelapa. Fungsinya, karbon berguna sebagai baterai. Selanjutnya, baterai dari karbon batok kelapa itu, dijadikan alat penggerak untuk menghasilkan listrik.
Terbukti, pembangkit listrik yang sudah dirancang sedemikian rupa itu, mampu menghasilkan tenaga listrik maksimal. 1 fuse dan 3 fuse, menghasilkan kapasitas listri sampai 220vlt dengan kapasitas 1000 hingga 6000 watt. Sedang untuk fuse 3, sanggup menghasilkan 380 fuse dengan kapasitas tegangan diatas 13.000 watt.
"Butuh riset cukup panjang. Saya memulai riset ini sejak 4 tahun yang lalu," ungkap Mbah Mbing saat dikunjungi Bupati Malang, Rendra Kresna, Selasa (24/7/2012).
Mendapat kunjungan orang nomor satu di wilayahnya, Mbah Mbing dengan cekatan, mendemonstrasikan cara kerja mesin PLTH temuannya. Seluruh mesin yang mirip kotak brankas itu, terdiri dari berbagai rangkaian. Hebatnya, dari seluruh komponen mesin PLTH miliknya, semuanya termasuk limbah.
Hanya beberapa komponen yang terpaksa dia beli. Masalahnya, selain sulit mendapatkan barang tersebut, ia tidak punya cukup waktu untuk membuatnya sendiri. "Kapasitornya saja yang beli. Harganya Rp850.000. Kalau seluruh komponen, termasuk barang bekas. Besar kecilnya arus listrik, tergantung alat ini," kata Mbah Mbing sambil menunjukkan PLTH temuannya.
Atas observasi temuannya, listrik dirumah Mbah Mbing teraliri dengan PLTH mini miliknya. Melihat itu, Bupati Malang pun berdecak kagum, siap membantu Mbah Mbing mematenkan PLTH. "Kami janji untuk mematenkan hasil temuan PLTH ini. Luar biasa. Jangan sampai karya warga Kabupaten Malang justru diklaim milik orang lain. Secepatnya, kami akan bantu untuk mematenkan," tegas Rendra.
Ia melanjutkan, selain Pemkab Malang, kabarnya dari Civitas Akademia Brawijaya Malang juga akan mendaftarkan karya Mbah Mbing ke HAKI. Bahkan, menteri BUMN sudah mendengar temuan PLTH serta mengontak langsung penemunya.
Saking kagumnya PLTH temuan Mbah Mbing, Bupati Malang langsung merogoh kocek dan memberi bantuan uang tunai Rp15 juta. Kabarnya, PLTH temuan Mbah Mbing sudah dilirik sejumlah perusahaan dan masyarakat umum. Bahkan, Mbah Mbing kerap dapat pesanan ratusan unit PLTH temuannya. Hanya saja, ia tidak serta merta menjual PLTH secara bebas.
Dikhawatirkan, produk temuannya justru dijiplak dan diklaim orang lain sebelum langkah prestise hasil renungannya bertahun-tahun, mendapat apresiasi tersendiri.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar